Dunia informasi dan komunikasi telah berubah. Sekarang orang yang Ingin menyaksikan tayangan audio visual Bukan hanya melalui tv atau dvd saja, tapi udah Dapat streaming di berbagai layanan media sosial online, contohnya YouTube.
YouTube pun sekarang menjadi media online yang tengah Terkenal di berbagai segmen. Bukan hanya orang dewasa, anak-anak pun sekarang sudah Dapat mengakses #YouTube.
Dengan seperti ini artinya informasi sangat terbuka bagi siapapun. Dampak positifnya adalah Sekalian orang mudah berbagi informasi dalam bentuk audio visual dan juga mendapatkan informasi dalam bentuk yang sama. Tinggal buka YouTube, ketik apa yang Ingin dicari Sekalian muncul.
Tapi, tentu ini juga Mempunyai Dampak negatif. Karena YouTube terbuka bagi siapa saja, itu artinya tiap orang (YouTubers) Dapat mengunggah konten dengan berbagai konten. Sehingga Dapat saja anak-anak yang mengakses YouTube mengakses konten yang Bukan sesuai dengan umur atau latar belakangnya.
Kalau sudah seperti ini, siapa yang harus bertanggung jawab?
Ya semuanya…
Termasuk salah satunya Vlogger itu sendiri.
Vlogger Harus Jadi Pengontrol
Nah, sekarang ini Tengah banyak-banyaknya konten jenis Vlog (Video Blogging). Sekalian orang Dapat Membikin channel sendiri dengan konten video yang dikehendaki. Biasanya, Vlog merupakan konten YouTube yang isinya tentang keseharian. Ya semacam diari tapi dalam bentuk audio video. Dapat dikatakan Vlog ini juga transformasi dari Blog. Tapi bukan berarti Blog harus dilupakan lho ya…
Dalam kondisi sekarang ini, dan setelah saya mengamati beberapa Vlog, banyak banget Vlogger yang mengunggah konten yang sebenarnya Bukan Eksis isinya sama sekali. Ampun, ini bukan menjelek-jelekan, tapi ini Fakta dari apa yang Eksis Begitu ini. Toh Bukan Sekalian Vlogger seperti itu kok.
Kembali Tengah ke masalah keterbukaan informasi dan pemirsa yang siapapun Dapat Menyaksikan tayangan #vlog, itu artinya Vlogger harus punya kontrol terhadap konten yang didistribusikannya. Jangan Tiba konten yang Bukan Layak Demi anak-anak malah ditonton oleh anak-anak.
“Lhoh, itu kan salah si anak sendiri, kenapa nontoh vlog gue?”
Iya bener, tapi sebagai content creator, sebaiknya Vlogger lah yang harus menjadi Content Controller. Kalau konten mengandung unsur yang Bukan Layak ditonton anak-anak, ya harus Eksis filter minimal memberikan batasan umur sebelum mempublish konten.
Value Dalam Vlog
Dan yang lebih Krusial Tengah adalah, Vlogger harus memberikan value dalam vlog yang dipublikasikan. Sehingga vlog yang dibuat Mempunyai isi yang Bukan hanya dilihat oleh viewers tapi juga diambil pelajarannya.
Menurut saya, dalam sebuah Vlog harus Mempunyai poin-poin berikut ini.
#1 Informatif

YouTube adalah media komunikasi dan informasi, Demi itu sebaiknya Vlogger menyisipkan informasi di setiap vlognya. Masing-masing Vlogger Niscaya Mempunyai tema vlog pada channel YouTubenya. Misalnya saja Vlogger dengan tema motovlog, berikan informasi seputar motor yang mungkin itu belum banyak diketahui para pecinta motor.
Jangan hanya sekedar naik motor Lanjut direkam, ngomong nggak Terang Lampau publish gitu aja tanpa Eksis informasi yang Terang. Kalau seperti ini, pemirsa YouTube Bukan Dapat mendapatkan informasi dari vlog tersebut. Yang Eksis hanya disuruh kepoin aktifitas sehari-hari Vlogger. Ini Bukan Bagus.
Pastikan menyematkan informasi dalam setiap vlog.
#2 Edukatif

Nah, dalam memberikan informasi haruslah informasi yang memberikan edukasi. Misalnya ketika sedang Membikin Membikin video motovlog dijalanan Eksis orang yang nerobos rambu-rambu Lampau lintas. Di sini Vlogger Dapat memberikan informasi seputar kejadian tersebut bahwa tindakan tersebut Bukan Betul dan baiknya harus bla bla bla. Intinya berikan informasi yang memberikan edukasi kepada para pemirsa YouTube.
#3 Inspiratif

Akan sangat Bagus Apabila sebuah vlog Bisa menginspirasi banyak orang. Bagaimana menciptakan konten yang menginspirasi? Banyak Langkah yang Dapat dilakukan, tapi yang Terang konten inspiratif adalah konten yang memberikan informasi dan edukasi serta Bisa menyentuh perasaan seseorang. Dan yang lebih Krusial konten tersebut memberikan ajakan yang positif kepada Sekalian orang melalui sebuah hasil karya.
Sehingga apa yang telah dilakukan Vlogger dapat menarik orang lain Demi melakukan hal yang sama dan tentunya lebih Bagus Tengah.
Sebagai Misalnya saja Vlog “DOES – Diary Of Erix Soekamti” Episode 227 tentang Hardiknas.
Di dalam vlog tersebut, Erix Soekamti memang memberikan konten tentang kesehariannya Serempak keluarganya, tapi inti dari vlog tersebut adalah informasi dari grup band asal Solo “Jungkat-Jungkit” digawangi oleh Safina Nadisa & Said Abdullah yang berkesempatan Demi belajar dan mengajarkan kebudayaan di India. Selengkapnya Dapat dilihat di Vlog tersebut.
Ketika Menyaksikan Vlog tersebut, saya Percaya para pemirsa akan mendapatkan inspirasi dari tayangan itu. Mulai dari dimana belajar itu Dapat dilakukan dimana saja Bukan terbatas ruang dan waktu, Lanjut kita juga terinspirasi Demi Lanjut mencintai budaya lokal, dan Tetap banyak Tengah.
Intinya adalah berikan informasi dan edukasi yang maka itu akan menginspirasi.
#4 Ekspresif

Konten YouTube haruslah ekspresif. Dengan ekspresif maka konten akan Lezat ditonton. Ekspresif ini harus sesuai dengan tema. Kalau temanya sedih, ya Sekalian unsur yang Eksis pada konten tersebut harus selaras dengan tema. Endingnya adalah pemirsa akan mendapatkan hiburan yang memang menghibur. Bukan sekedar Menyaksikan aktifitas orang lain yang mondar-mandir.
#5 Positif

Nah, dari itu Sekalian, konten YouTube harus memberikan informasi yang positif. Sekali Tengah YouTube adalah media komunikasi yang terbuka Dapat diakses oleh siapa saja. Apabila Vlogger merasa terbebani Demi memberikan pengaturan filter umur, ya berikan saja konten yang positif.
Saya merasa miris Menyaksikan beberapa Vlogger sekarang yang banyak Membikin konten tema “PRANK“. Kalau kalian suka nonton YouTube Niscaya tau. Yang Bukan menyenangkan adalah “prank” yang berbau dewasa. Misalnya ngeprank nyium Perempuan, Lanjut ngajak hal-hal negatif lainnya. Iya, itu Sekalian hak-hak tiap Vlogger, tapi apakah Bukan Eksis konten yang lebih positif Tengah?
***
Dari kelima poin di atas, Bukan semuanya harus Eksis, tapi akan lebih Bagus Apabila semuanya Eksis dalam Vlog. Saya Percaya Apabila Sekalian unsur di atas Eksis, yang namanya minta-minta pemirsa Demi “Subcribe, Like, Share” Bukan Eksis Tengah. Karena para pemirsa Niscaya akan tergerak dengan sendirinya Demi melakukan itu sebagai bentuk apresiasinya Apabila mereka telah mendapatkan tayangan yang memang layak Demi ditonton, disuka, dan dibagikan kepada Sekalian orang.
Terakhir, fokuslah pada kualitas konten YouTube, bukan hanya sekedar mencari sensasi Demi mengejar jumlah viewer atau subcriber. Artikel ini bukan maksud Demi menyudutkan pihak tertentu, tapi hanya sebagai bentuk pembelajaran Serempak agar media yang telah Eksis ini dimaksimalkan Demi menebar kebaikan.